“Hei pohon mentimun, jangan pernah menginginkan buah anggur menjadi buahmu. Kau tidak lebih tahu apa yang terbaik bagimu disbanding penciptamu. Dari segi popularitas, kau jauh lebih popular dibandingkan anggur. Kamu lebih eksis. Dari miskin sampai kaya, semua bisa menikmatimu bersama mie atau nasi goreng favorit mereka, es timun serut yang memuaskan dahaga mereka. Bahkan kamu juga ada di cerita rakyat yang melegenda. Toh, seberapa tak bermaknanyapun buahmu (menurutmu) dibandingkan anggur yang memiliki kesan kaya dan bergengsi. Ini yang aku mau bilang, (lagi) hei pohon mentimun yang nggak tau diuntung sampai-sampai bibirmu terkunci untuk bersyukur: ‘Hari itu, kala aku bertugas sebagai foyer cleaner di sebuah hotel berbintang lima terbesar di Asia Tenggara, sebuah jamuan makan malam untuk pesta pernikahan seorang kaya digelar di Manhattan Ballroom, Ballroom terbesar disana. Anggur berlimpah-limpah, sampai-sampai bartender kewalahan melayani order yang berjibun. Tak sempat satu gelas pun terbiar kosong, seperti sedang musim hujan anggur dan gelas-gelas tinggi seksi itu bak ember-ember yang terduduk di bawah bamboo pancur. Sepertinya, tak seorangpun yang tidak menyukai anggur. Tapi, kala lain di pesta dan cerita yang sama, ketika mereka menyantap hidangan yang beragam jenisnya, yang namanya sangat sulit untuk diucapkan oleh lidah seperti lidahku. Bahkan rupanya cukup asing bagiku, apalagi rasanya ya. Tapi ada piring-piring bundar kecil berwarna putih yang setelah kuamati ada sepuluh buah di masing-masing meja. Yang berarti sama jumlahnya dengan gelas anggur. Aku nggak ragu lagi didalamnya itu adalah buahmu, acar mentimun. Mereka menyantapmu bersama hidangan lainnya dengan lahapnya. Mereka sangat menikmati, aku saksinya. Aku piker, maknamu tidak kurang penting dibanding si anggur di pesta yang mewah dan berbahagia itu.’
Mensyukuri apa adanya dirimu adalah cara terbaik untuk menjadi luar biasa. Bersyukur membuatmu mau menggali setiap potensi yang ada. Bersyukur membuatmu jadi lebih berarti. Bersyukur akan lebih membuka mata hatimu dan melihat banyak hal yang tidak kau lihat selama ini.”
Selamat bersyukur pohon-pohon mentimun……
Sampai ketemu di jamuan makan malam pesta pernikahan mewah berikutnya bersama si anggur di Ballroom yang lebih besar dan hotel yang lebih besar lagi.
See you in the top!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
_derael_
0916
02072011
Refleksi atas A Thousand Girls Like Me Alwy Rachman K isah Khatera serupa
tapi tak sama dengan kisah Oedipus. Serupa karena keduanya adalah tragedi.
Ident...
4 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar